Sejarah Demografi Regional sebagai Petunjuk untuk Memahami Perubahan Sosio-Ekonomi. Studi Kasus Karesidenan Surabaya, 1890-1990
Surabaya pada masa kolonialisme, bergerak menuju ke arah kota modern. Surabaya yang disokong oleh lima kabupaten di sekelilingnya sebagai arus perekonomian dan sosial di Jawa Timur. Surabaya sendiri memiliki kota-kota satelit sebagai penyokong perekonomian dipesisir Timur. Produksi gula Surabaya adalah yang terbesar di Jawa Timur. Ini membuktikan wilayah disekitar Surabaya dapat dukungan dalam pengembangan ekonominya.
Wilayah Surabaya dan sekitarnya memgandalkan komoditas tebu di sepanjang sungai branstas sebagai pokok pertanian. Dalam hal ini Surabaya sebagai pusat perdagangan gula pada masa kolonial. Kabupaten sekitarnya sebagai pemasok tebu, khususnya disekitar sungai Brantas. Ini juga yang membuat kota Surabaya tumbuh sebagai kota dagang di timur Jawa.
Sebagai kota dagang, Surabaya sering di singgahi berbagai bangsa dan suku. Pun sampai medio 70an Surabaya masih mengandalkan perdagangannya di Sektor pertanian. Wilayah sekitar seperti Jombang, Gersik, Sidoarjo Mojosari sebagai penyokong utama Perdagangan di Surabaya. Karena wilayah-wilayah tersebut di aliri sungai Brantas.
Pertumbuhan kota Surabaya harus dipertimbangkan sebagai sebuah faktor khusus, karena menjadi daya tarik bagi migrasi dari daerah-daerah lain ke propinsi tersebut. Namun, hal itu tidak menimbulkan akibat signifikan sebelum 1900. Kota tersebut diperkirakan mempunyai penduduk sekitar 150.000 jiwa pada 1905, yang tidak jauh lebih dari jumlah yang dilaporkan lima belas tahun sebelumnya. Namun, jumlah itu mulai meningkat dengan mantap, tentu saja karena perluasan industri gula yang cepat di seluruh propinsi tersebut antara 1890-1920, meskipun terjadi penurunan pada 1918-1919 ketika Surabaya terserang wabah influenza dunia. Jumlah tersebut kemudian meningkat hingga mendekati 7% per tahun pada 1920-an selama masa kejayaan industri gula, yang lebih cepat dari waktu-waktu sebe- humnya. Kota tersebut hanya menyumbangkan 5% dari jumlah penduduk keseluruhan di karesidenan itu pada 1905, kemudian meningkat menjadi sekitar 12% pada 1930, 25% menjelang 1960 dan 32% pada 1990.
Komentar
Posting Komentar